Makalah
PERENIALISME
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Fairuz Zabadi, M.Pd

Disusun Oleh :
1.Ahmad Zainuddin 2022112054
2.Nurul Aini 2022112068
3.Ismi
aini lathifah 2022112081
Kelas : B
JURUSAN TARBIYAH PBA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGeRI
STAIN PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Aliran
perenialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mengacu pada filsafat
yang berpegang pada nilai – nilai cultural masa lampau “regressive road to
culture ”. aliran ini muncul karena Perenialime menganggap kenyataan dalam
kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh karena itu perenialisme
memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada kebudayaan masa lampau”,
kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru.
Dalam makalah perenialisme ini akan
di jelaskan lebih lanjut mengenai kapan munculnya aliran ini, penyebab
munculnya, cirri – cirri aliran ini, dan pandangan – pandangan aliran ini
mmengenai relita, pengetahuan, dan
nilai. Kemudian kelebihan dan kekurangan aliran ini
B. Rumusan Masalah
1. Latar belakang munculnya aliran
perenialisme
2. Ciri – ciri aliran perenialisme
3. Pandangan mengenai ontology, epistimologi,
dan aksiologi
4. Kelebihan dan kekurangan aliran
perenialisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Munculnya Aliran Perenialisme
Perenialisme
diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing troughout the whole year atau lasting for a very long time,
yang bermakna abadi atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai
dan norma – norma yang bersifat kekal dan abadi[1].
Pendiri
dari aliran ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan St.
Thomas Aquinas pada abad ke – 13. Munculnya aliran ini adalah sebagai alat atau
cara untuk menghadapi krisis yang dihadapi manusia saat ini. Perenialime
menganggap kenyataan dalam kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh
karena itu perenialisme memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada
kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir dari suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme
memandang bahwa jalan kembali , atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud adalah melalui
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan haruslah lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
B.
Ciri
– ciri aliran Perenialisme
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri
itu adalah[2]
:
1. Perenialisme
mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang
menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.
2. Perenialisme
beranggapan bahwarealita itu mengandung tujuan
3. Perenialisme
beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental
4. Perenialisme
beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh
kedamaian, dan transcendental.
C. Pandangan
perenialisme tentang ontology, epistimologi, dan aksiologi
a. Pandangan
ontology Perenialisme
Ontology perenialisme terdiri dari pengertian
– pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden, dan substansi. Secara
ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek – aspek
perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana yang tampak
dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan pancaindra seperti batu, rumput,
orang dalam bentuk, ukuran, warna dan aktivitas tertentu. Dari penangkapan ini
dapat dihayati perwujudan dari benda – benda tersebut seperti bentuk dan warna.
Esensi dari sesuatu adalah kualitas yang menjadikan atau menyebabkan benda itu
lebih intrinsic daripada fisiknya seperti manusia ditinjau dari esensina adalah
makhluk. Sedangkan aksiden adalah keadaan – keadaan khusus yang dapat berubah –
ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan yang esensial. Misalnya,
orang suka bermain sepatu roda, atau suka berpakaian bagus.
Perenialisme mengemukakan bahwa realita itu
bersifat teleologis, yang berarti mengandung tujuan. Oleh karena semua hal itu
bersumber pada kenyataan yang bersifat spiritual, maka tiap – tiap itu terarah
untuk mencapai tujuan masing – masing.
b. Pandangan
epistemology perenialisme
Menurut perenialisme ilmu
pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat diketahui dan nyata, sedangkan hal
yang dapat diketahui dan nyata itu adalah apa yang terlindung dengan
kepercayaan. Jadi, jika seseorang mempercayai adanya sesuatu hal maka hal itu
adalah sesuatu yang nyata dan dapat diketahui. Sesuatu dikatakan nyata dan
dapat diketahui apabila sesuatu itu benar. Kebenaran adalah sesuatu yang
menunjukan kesesuaian antara pikirn dan benda – benda. Benda – benda disini adalah
sesuatu yang bersifat abadi. Ini berarti, bahwa perhatian mengenai kebenaran
merupakan esensi dari hal yang nyata dan dapat diketahui.
c.
Pandangan aksiologi perenialisme
Perenialisme memandang masalah nilai
berdasarkan asas – asas supernatural, yakni menerima universal yang abadi.
Dengan asas seperti itu, ontology dan epistimologi tidak hanya disdasarkan pada
prinsip teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Khusus dalam tingkah
laku manusia, manusia sebagai subjek telah memiliki potensi – potensi kebaikan
sesuai dengan kodratnya, disamping kecenderungan – kecenderungan dan dorongan –
dorongan kearah yang tidak baik.[3]
D. Kekurangan
dan kelebihan aliran Perenialisme
Adapun
Kekurangan dan kelebihan aliran Perenialisme[4],
sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Perenialisme
mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan
hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan
perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan
ideal yang telah teruji dan tangguh.
2. Kurikulum
menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk
menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada
bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan
yang diciptakan oleh manusia.
3. Perenialisme
tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan
anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar.
4. Perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang.
5. Dalam
pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya dan siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.
6. Siswa
belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang
timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa
pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
7. Membentuk
output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian dan
kecakapan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
b. Kelemahan
1. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran
universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
2. Perenialis
kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan
banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
3. Focus
perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi ,
hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan
minat-minat siswa.
4. Mengabaikan
kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah. Mengurangi
bimbingan dan pengaruh guru.
5. Dalam
pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia
menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban
demi kepentingan umum.
KESIMPULAN
Perenialisme
diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing troughout the whole year atau lasting for a very long time,
yang bermakna abadi atau kekal.
Ciri – ciri aliran
Perenialisme
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri
itu adalah[5]
:
5. Perenialisme
mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang
menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.
6. Perenialisme
beranggapan bahwarealita itu mengandung tujuan
7. Perenialisme
beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental
8. Perenialisme
beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh
kedamaian, dan transcendental.
Adapun Kekurangan dan kelebihan
aliran Perenialisme[6],
sebagai berikut :
c. Kelebihan
8. Perenialisme
mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan
hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. yang telah teruji dan
tangguh.
9. Kurikulum
menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk
menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada
bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan
yang diciptakan oleh manusia.
10. Perenialisme
tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan
anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar.
d. Kelemahan
6. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
7. Perenialis
kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan
banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
8. Focus
perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi ,
hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan
minat-minat siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2013. Filsafat Pendidikan Islam: landasan Teoritis dan Praktis.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Assegaf, Adb. Rachman. 2011. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 200. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media
http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan
filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014
[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: landasan Teoritis
dan Praktis, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013). hal.62
[2] Adb. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2011). Hal. 193 – 194
[3] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta:
Ar-ruzz Media, 2007). hlm.116
[4] http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan
filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014
[5] Adb. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2011). Hal. 193 – 194
[6] http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan
filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014
No comments:
Post a Comment