Tuesday, December 6, 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PERENIALISME



Makalah
PERENIALISME
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Fairuz Zabadi, M.Pd
Disusun Oleh :
1.Ahmad Zainuddin   2022112054
2.Nurul Aini                2022112068
3.Ismi aini lathifah      2022112081
Kelas : B
JURUSAN TARBIYAH PBA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGeRI
STAIN PEKALONGAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Aliran perenialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mengacu pada filsafat yang berpegang pada nilai – nilai cultural masa lampau “regressive road to culture ”. aliran ini muncul karena Perenialime menganggap kenyataan dalam kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh karena itu perenialisme memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
            Dalam makalah perenialisme ini akan di jelaskan lebih lanjut mengenai kapan munculnya aliran ini, penyebab munculnya, cirri – cirri aliran ini, dan pandangan – pandangan aliran ini mmengenai relita, pengetahuan, dan  nilai. Kemudian kelebihan dan kekurangan aliran ini

B.     Rumusan Masalah

1.      Latar belakang munculnya aliran perenialisme
2.      Ciri – ciri aliran perenialisme
3.      Pandangan mengenai ontology, epistimologi, dan aksiologi
4.      Kelebihan dan kekurangan aliran perenialisme






BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing troughout the whole year atau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai dan norma – norma yang bersifat kekal dan abadi[1].
Pendiri dari aliran ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan St. Thomas Aquinas pada abad ke – 13. Munculnya aliran ini adalah sebagai alat atau cara untuk menghadapi krisis yang dihadapi manusia saat ini. Perenialime menganggap kenyataan dalam kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh karena itu perenialisme memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang bahwa jalan kembali , atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan haruslah lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
B.  Ciri – ciri aliran Perenialisme
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah[2] :
1.      Perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.
2.      Perenialisme beranggapan bahwarealita itu mengandung tujuan
3.      Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental
4.      Perenialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh kedamaian, dan transcendental.

C.  Pandangan perenialisme tentang ontology, epistimologi, dan aksiologi
a. Pandangan ontology Perenialisme
   Ontology perenialisme terdiri dari pengertian – pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden, dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek – aspek perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana yang tampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan pancaindra seperti batu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna dan aktivitas tertentu. Dari penangkapan ini dapat dihayati perwujudan dari benda – benda tersebut seperti bentuk dan warna. Esensi dari sesuatu adalah kualitas yang menjadikan atau menyebabkan benda itu lebih intrinsic daripada fisiknya seperti manusia ditinjau dari esensina adalah makhluk. Sedangkan aksiden adalah keadaan – keadaan khusus yang dapat berubah – ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan yang esensial. Misalnya, orang suka bermain sepatu roda, atau suka berpakaian bagus.
   Perenialisme mengemukakan bahwa realita itu bersifat teleologis, yang berarti mengandung tujuan. Oleh karena semua hal itu bersumber pada kenyataan yang bersifat spiritual, maka tiap – tiap itu terarah untuk mencapai tujuan masing – masing.
b.   Pandangan epistemology perenialisme
Menurut perenialisme ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat diketahui dan nyata, sedangkan hal yang dapat diketahui dan nyata itu adalah apa yang terlindung dengan kepercayaan. Jadi, jika seseorang mempercayai adanya sesuatu hal maka hal itu adalah sesuatu yang nyata dan dapat diketahui. Sesuatu dikatakan nyata dan dapat diketahui apabila sesuatu itu benar. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukan kesesuaian antara pikirn dan benda – benda. Benda – benda disini adalah sesuatu yang bersifat abadi. Ini berarti, bahwa perhatian mengenai kebenaran merupakan esensi dari hal yang nyata dan dapat diketahui.
c. Pandangan aksiologi perenialisme
Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan asas – asas supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti itu, ontology dan epistimologi tidak hanya disdasarkan pada prinsip teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Khusus dalam tingkah laku manusia, manusia sebagai subjek telah memiliki potensi – potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, disamping kecenderungan – kecenderungan dan dorongan – dorongan kearah yang tidak baik.[3]
D. Kekurangan dan kelebihan aliran Perenialisme
               Adapun Kekurangan dan kelebihan aliran Perenialisme[4], sebagai berikut :
a.       Kelebihan
1.      Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
2.      Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.
3.      Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar.
4.      Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.
5.      Dalam pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya dan siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.
6.      Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
7.      Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
b.      Kelemahan
1.      Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.      Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
3.      Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.
4.      Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.
5.      Dalam pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

KESIMPULAN
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing troughout the whole year atau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau kekal.
Ciri – ciri aliran Perenialisme
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah[5] :
5.      Perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.
6.      Perenialisme beranggapan bahwarealita itu mengandung tujuan
7.      Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental
8.      Perenialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh kedamaian, dan transcendental.
Adapun Kekurangan dan kelebihan aliran Perenialisme[6], sebagai berikut :
c.       Kelebihan
8.      Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. yang telah teruji dan tangguh.
9.      Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.
10.  Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar.
d.      Kelemahan
6.      Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
7.      Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
8.      Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2013. Filsafat Pendidikan Islam: landasan Teoritis dan Praktis. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Assegaf, Adb. Rachman. 2011.  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 200. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014




[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013). hal.62
[2] Adb. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011). Hal. 193 – 194 
[3] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2007). hlm.116
[4] http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014
[5] Adb. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011). Hal. 193 – 194 
[6] http://afidburhanudin.wordpress.com.penerapan filsafat perenialisma dalam pembelajaran. Diakses 26 oktober 2014

No comments:

Post a Comment