MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas:
Mata
Kuliah : Evaluasi Pendidikan
Dosen
Pengampu :Nanang Hasan Susanto, M. Pd

Disusun
Oleh :
1. Sri
Puji Lestari (2022112027)
2. Ismi
Aini Lathifah (2022112081)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Soal
atau tes merupakan suatu alat yang digunakan didalam proses penilaian. Soal
atau tes ini menjadi acuan bagi guru didalam memberikan nilai kepada seorang
siswa. Oleh karena itu tes yang
diberikan haruslah sesuai dengan kompetensi yang telah diajarakan agar hasil
yang diperoleh dari tes tersebut menghasilkan sesuatu seobjektif mungkin pada
kemampuan yang dimiliki siswa.
Oleh
karena tes atau soal ini sangat penting, maka diperlukan suatu kaidah agar
dalam menyusunnya tidak terjadi kesalahan. Dalam makalah ini selanjutnya akan
diterangkan kaidah – kaidah penulisan soal sesuai dengan bentuk soal yang
diberikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bentuk – bentuk soal
2.
Kaidah – kaidah penulisan soal
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Bentuk – bentuk Soal
1.
Soal Objektif
Soal
yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai seara
objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama. contoh dari
soal ini adalah : soal true – false (benar – salah), multiple Choice (pilihan
ganda), matching (menjodohkan), fill-in, (mengisi titik – titik pada kalimat
yang dikosongkan)[1].
2.
Soal non objektif atau soal essay
Soal
non objektif atau soal essay ialah soal yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang
jawabannya merupakan karangan (essay) atau kalimat yang panjang – panjang.
Karena tes essay memerlukan jawaban yang panjang dan waktu yang lama, biasanya
soal –soal tes essay jumlahnya sangat terbatasberjumlah disekitar lima sampai
soal[2].
B.
Kaidah penulisan soal
Soal Objektif
Kaidah
– kidah penulisan soal objekif[3],
adalah sebagai berikut :
1.
fill-in
(mengisi titik – titik pada kalimat yang dikosongkan).
a.
Bahasa hendaknya jelas, kalimat
jangan terlalu panjang sehingga bisa dipahami.
b.
Yang dihilangkan atau harus diisi
(titik – titik) janganlah mengenai satu macam hal saja, tetapi harus beberapa
macam hal.
c.
Jawaban (isi titik – titik)
jangan merupakan kalimat panjang, sebab kalau demikian, bukan tes objektif lagi
melainkan menyerupai tes essay.
d.
Jumlah jawaban (titik titik)
harus tertentu supaya memudahkan pengetes untuk menskornya (10, 20, 25 soal).
Contoh soal :
Pendiri Kerajaan Majapahit yang mula – mula
ialah … (1), pada tahun …(2). Majapahit mencapai puncak kejayaannya di bawah
pimpinan …(3), dengan patihnya …(4) yang gagah berani.
2.
True
– false (benar – salah)
a.
Hindarkan item yang dapat dinilai
“benar” dan “salah” secara meragukan.
Contoh:
B – S : Saya
mendaftar ke IKIP karena takut kalau – kalau tidak diterima di UI
Apakah item ini benar atau salah ? Calon
mahasiswa yang menggunakan IKIP sebagai cadangan, secara jujur akan membenarkan
item tersebut, akan tetapi, bagi pengetes maksudnya adalah sebaliknya.
b.
Soal – soal atau item tidak boleh
mengandung kata – kata yang merupakan atau terlalu menunjukan jawabannya.
Misalnya dengan kata – kata : kadang – kadang, mungkin, sudah pasti, barangkali,
selalu, dsb.
c.
Sedapat mungkin hindarkan
statement yang negative, yang mengandung kata tidak atau bukan.
B – S : Termometer
bukan pengukur suhu udara
d.
Hindarkan kalimat yang terlalu
panjang atau kalimat majemuk yang meragukan.
B – S : Bapak
system pengajaran klasik ialah Pestalozi dan ia mendirikan Kinder Garten yang
pertama.
3.
Multiple
Choice (pilihan ganda)
·
Statement harus jelas merumuskan
suatu masalah. Tentukanlah sebelumnya bahwa hanya ada satu jawaban yang paling
benar dan tepat.
Contoh yang kurang baik :
Salah satu propinsi di Sumatera …
a.
Merupakan penghasil karet
terbesar di Indonesia
b.
Berpenduduk paling padat di
Sumatera
c.
Mempunyai kebudayaan yang sangat
tinggi
d.
Masih kuat mempertahankan adat
istiadat lama
Perumusan stem (pokok soal) seperti diatas
tidak jelas menunjukan permasalahan yang hendak dipertanyakan. Siswa akan
bingung memilih jawaban dari alternative yang disediakan itu.
·
Baik statement atau option
sedapat mungkin jangan merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang.
·
Kalau optionnya bilangan maka
urutkan dari kecil ke besar atau dari besar ke kecil.
Contoh soal :
“semua warga Negara mempunyai kedudukan
yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pertanyaan ini tercantum dalam
UUD 45, yaitu pada pasal ….
a.
25
ayat 1
b.
26
ayat 1
c.
27
ayat 1
d.
29ayat
1
·
Hindarkan option yang tidak ada
sangkut pautnya satu sama lain. Dengan kata lain, option hendaknya homogen.
Contoh soal :
|
a.
Pembiasan cahaya
b.
Perambatan cahaya
c.
Penguraian cahaya
d.
penguapan air
optin d tidak
homogeny
·
sedapat mungkin hindari pengggunaan pernyataan
yang bersifat negative, lebih – lebih negative ganda, karena akan membingungkan
siswa.
Contoh soal :
Pada semua tumbuhan berdaun hijau,
photosintesis tidak akan terjadi tanpa …
a.
udara, tanah, dan air
b.
udara, tanah, dan cahaya
c.
udara, cahaya, dan air
d.
cahaya, air, dan tanah
namun
apabila terpaksa harus menggunakan pernyataan negative, maka kata “tidak”, “kecuali”,
“tanpa”, dan sebagainya, ditulis seluruhnya dengan huruf besar, atau dengan
huruf kecil dan digaris bawahi, atau dicetak miring.
·
Hindari sedapat mungkin penggunaan option yang
terakhir dengan “semua jawaban diatas salah” .
Dengan mengatakan semua jawaban diatas
salah, tidak dapat dipantau apakah siswa mengetahui pula jawabannya yang benar.
Contoh soal :
Eddy hari ini tidak berangkat sekolah ….
Sakit.
a.
Meskipun
b.
Karena
c.
Supaya
d.
Semua jawaban
diatas salah,
·
Hindari sedapat mungkin penggunaan option yang
terakhir dengan “semua jawaban diatas benar”.
Contoh soal :
Untuk
membuat trens dipergunakan tusuk …
a.
Pipih
b.
Balut
c.
Feston
d.
Semua jawaban
diatas benar
·
Pokok soal (stem) hendaknya terdiri atas materi
yang diperlukan saja sehingga tidak mengaburkan maksud soal itu sendiri.
Contoh soal :
Sutan Takdir Alisahbana adalah seorang
satrawan yang banyak berjasa dalam bidang pengembangan tata bahasa Indonesia. Salah satu
buku karangan sutan Ali Sahbana adalah …
a.
Dibawah lindungan ka’bah
b.
Layar terkembang
c.
Atheis
d.
Deru campur debu
Bagian
stem yang dicetak miring diatas tidak diperlukan. Karena itu, sebiknya
ditiadakan saja.
·
Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang
benar
·
Alternative jawaban (option) sebaiknya logis
dan pengecoh berfungsi.
Contoh
soal :
Fungsi
utama hemoglobin dalam sel darah merah adalah …
a.
Membantu pencernaan makanan
b.
Mencegah penyakit yang disebabkan kekurangan
vitamin
c.
Mempertajam indera penciuman
d.
Mengangkut oksigen
Option
a, b, dan c tidak logis dan karena itu tidak berfungsi.
4.
Matching
(menjodohkan)
a.
Diantara bentuk – bentuk tes
objektif, yang paling sukar adalah matching. Maka dari itu dalam menyusunan
banyak sedikitnya soal disesuaikan dengan berat ringannya tingkat kesukaran tes
tersebut.
b.
Tes objektif berbentuk matching sangat baik dipergunakan
untuk mengetes hal – hal yang factual seperti arti kata, tanggal dan peristiwa,nama
tokoh – tokoh dan istilah – istlah asing.
c.
Keseluruhan soal hendaknya dibuat
sehomogen mungkin tidak terdiri atas berbagai macam hal yang campur aduk.
d.
Jumlah butir pasangan (jawaban
atau tanggapan) hendaknya lebih banyak dari jumlah butir soa untuk mengurangi
kemungkinan benar karena tebakan melalui proses eliminasi.
e.
Tempatkan soal – soal dan
pasangannya sebelah – menyebelah agar siswa dapat mudah menjodohkannya.
f.
Sebaiknya hanya ada satu pasangan
jodoh yang benar.
g.
Rumusan butir – butir pasangan
hendaknya singkat agar memudahkan siswa menjodohkan dengan bagian soal.
h.
Hindarkan soal – soal yng
menuntut siswa menjodohkan bagian – bagian kaliamat yang tidk sempurna karena
kesalahan tata bahasa dapat membingungkan.
Contoh soal :
1.
Yang mendirikan Kerajaan
Majapahit yang pertama.
2.
Patih Kerajaan Majapahit yang
terkenal.
3.
Pendiri Kerajaan Singosari.
4.
Raja Singosari yang terakhir.
a.
Gajah Mada
b.
Hasanuddin
c.
Raden Wijaya
d.
Ken Arok
e.
Anusapati
f.
Kertanegara
Soal non objektif (soal essay)
Dalam
tes non objektif ini terdapat beberapa kaidah[4],
yaitu:
a.
Rumusan pertanyaan hendaknya
menggunakan kata – kata Tanya atau perintah seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, dll. Hindari pemakaian kata – kata yang sangat spesifik
seperti siapa, apa, dimana, dan kapan. Dasar kaidah ini adalah bahwa tes uraian
digunakan untk menguku tingkah laku yang berkenaan dengan kemampuan
menjelaskan, membandingkan, merangkum, membedakan, mengevaluasi, atau mengukur
keterampilan berbahasa.
b.
Soal hendaknya dirumuskan dengan
kalimat sederhana sesuai dengan tingkat kemampuan bahasa siswa
c.
Rumuskan kalimat soal dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku, baik yang berkenaan dengan ejaan, penulisan kata, ataupun penempatan
tanda baca.
d.
Gunakan kata – kata yang tidak
menimbulkan salahpengertian atau menimbilakn penafsiran ganda sehingga dapat
mengaburkan maksud soal serta dapat membingungkan siswa dalam merumuskan
jawaban.
e.
Hindarilah kalimat soal yang
mengandung unsure – unsure yang dapat menyinggung perasaan siswa karena berhubungn
dengan agama yang dipeluknya, kebiasaan daerah atau kebudayaan setempat, atau
hal – hal lain yang dapat menyinggung perasaan siswa.
f.
Tetapkanlah waktu yang disediakan
untuk menjawab soal tersebut dan dan banyaknya kalimat atau halaman tulisan yang
diperlukan.
g.
Lengkapilah setiap butir soal
dengan kunci atau criteria jawaban sebagai pedoman penskoran.
h.
Buatlah petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal.
BAB
III
KESIMPULAN
Tes adalah alat yang digunakan dalam
penilaian. Tes memiliki dua bentuk yaitu tes objektif dan non objektif. Tes non
objektif adalah tes essai yang memerlukan jawaban dengan uraian yang panjang,
sedangkan tes objektif adalah tes yang jawabannya dipilih dari kemungkinan –
kemungkinan jawaban yang telah disebutkan, contohnya seperti tes fill – in, tes
true – false, multiple choice, dan tes matching.
Penyusunan tes tidaklah sembarangan,
akan tetapi mempunyai kaidah – kaidah tertentu. Oleh karena itu perlulah bagi
seorang guru untuk memperhatikan kaidah – kaidah ini agar dalam pembuatan soal
atau tes tidak keliru, sehingga akan didapat nilai dari tes tau soal tersebut
seobjektif mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. 1991. Prinsip
– Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Silverius,
Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT
Grasindo
No comments:
Post a Comment